Today’s Daydreaming : Andrea Hirata

Echi Rachmat
4 min readMar 7, 2019

--

Andrea Hirata. Source : andrehirata.bentangpustaka.com

4 Oktober 2008.

Aku tidak mengingat sebenarnya ada apa di tanggal tersebut. Tapi, itu tertulis jelas di halaman pertama buku Laskar Pelangi yang kubeli sekitar 10 tahun yang lalu (yang berarti umurku masih 13 tahun 😸). Laskar Pelangi adalah salah satu novel fenomenal karya Andrea Hirata yang entah dulu kudapat rekomendasi dari mana sampai merengek-rengek minta dibelikan buku itu sama bapakku.

via : liputan6.com

Buku Laskar Pelangi waktu itu membawaku berimajinasi (dan sedikit berharap) kalau aku adalah salah satu dari murid-murid SD Muhammadiyah di sana. Buku itu tebal tapi membuka beberapa wawasanku mengenai sesuatu. Aku baru tahu saat itu kalau memang benar ada orang yang berjuang sedemikian kerasnya hanya untuk bersekolah. Seharusnya siapapun berhak atas pendidikan yang layak, minimal seperti apa yang kurasakan waktu bersekolah dulu. Serius lho, aku betul-betul tidak habis pikir seorang anak harus bersepeda berjam-jam melewati jalan yang unsafety alias buaya bisa saja muncul kapan-kapan, demi menimba ilmu di Sekolah😐 maksudku… itu semacam hal yang di luar nalar. But let’s face the truth bahwa belum meratanya akses dan fasilitas pendidikan di sebagian daerah membuat kemungkinan besar terjadinya kisah-kisah yang lebih tidak masuk akal lagi 😭 😦 😧 😨 😩 🤯.

Beberapa hal yang kuingat adalah saat membaca buku Andrea Hirata, emosiku bisa berubah seiring bab berjalan. Ada kalanya di beberapa bab menceritakan ironi kehidupan yang lucu akhirnya membuat senyum-senyum sendiri, namun selanjutnya tertampar dengan haru biru kisah lain. Aku ingat pernah menagis sesenggukan membaca Sang Pemimpi, Sebelas Patriot dan Ayah. Akh, buku itu betul-betul mengacak-acak emosi bagiku yang notabenenya emotionless ini hehe. Tak jarang juga terbahak-bahak di beberapa bab serta lebih sering terkagum-kagum karena kepiawaian Hirata memainkan kata-kata membuat mabuk kepayang, herannya tak ada satupun yang bermaksud demikian. Dibanding dengan buku-buku Dilan yang sebaliknya tujuannya membuat mabuk kepayang, malah aku jatuhnya biasa saja (meskipun Pidi Baiq juga amatlah sangat jago dalam menguntai kata-kata menjadi kalimat paragraf yang manis, hanya saja ini bukan tipe buku yang ‘gue banget’). Di beberapa novel Andrea Hirata aku malah sering kagum pada bromance Ikal dan Arai, like literally made me Awwwww~ UwU (ALAY KO!) dan juga hubungan Ikal dan Ayahnya yang sangat kuat sekaligus rapuh. Serta banyak tokoh-tokoh lainnya yang membuat kalau cerita cinta tidak melulu soal kamu dan gebetanmu. Cerita cinta gila bisa terjadi antara Trapani dan Ibunya, serta cinta unik Mahar dan Tuk Bayan Tula yang tidak kumengerti namun begitulah cinta.

Banyak sekali penulis-penulis keren dan berprestasi di Indonesia. Meskipun aku tidak terlalu sering bereksplorasi membaca buku-buku lokal, seringnya terjemahan tapi aku juga membaca beberapa karya Habiburrahman El-Shirazy dan Tere Liye. Namun tidak ada perbandingan, setiap penulis yang karyanya membuat perubahan positif dalam hidupku pasti mendapat tempat khusus tersendiri. Terspesial, Andrea Hirata. Karena buku-bukunya sangat banyak mempengaruhiku dan membuatku terus menerus bermimpi. Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Masih terbayang sesaat setelah membaca buku Edensor, saat itu aku langsung bermimpi ingin ke sana! Sulit kubayangkan kalau tempat seindah itu ternyata benar-benar ada di muka bumi ini. Keep dreamin’ bud! 🧐

Beberapa karya Andrea Hirata juga sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa asing salah satunya yang terfenomenal Laskar Pelangi atau dalam terjemahan Bahasa Inggrisnya adalah The Rainbow Troops. whoa!!! Oh iya, Laskar Pelangi sendiri telah diterjemahkan ke 40 bahasa asing dan beredar di 120 negara! Sumber. Kurang bangga apalagi aku ini.

via : bukukita.com

Ada kabar yang sangat membahagiakan, bahwa segera terbit buku terbaru Hirata yang berjudul Orang-Orang Biasa (me, officially). Akhirnya ada judul yang mendeskripsikan aku seutuhnya 😂 🤣. Lebih mendebarkan lagi, kalau kali ini genre novelnya sejenis kriminal gitudeh. You feel that, men? Here you go, Robert Galbraith! Semacam deja vu, teringat dengan J.K Rowling dengan alternya yang membuat novel kriminal detektif yang juga jadi favoritku. Tidak sabar, novel kriminal dengan gaya menulis Andrea Hirata yang khas membuat jarum jam berdetak lebih lambat dari biasanya.

Mari menunggu.

--

--